JAKARTA – Di sela keriuhan Balai Wartawan Polda Metro Jaya, aroma bakwan dan tahu goreng yang dijajakan Suryanti selalu menjadi kawan akrab para jurnalis.
Namun, malam ini, Selasa (24/12/2025), aroma minyak goreng itu berganti dengan bau harum doa yang terucap dari hati wanita asal Sragen, Jawa Tengah ini. Anandanya tercinta bernama Panji Fajar Pratama, resmi menyandang status sebagai calon anggota Bintara Brimob Polri.
Malam ini, lampu di Gedung Pertemuan Polda Metro Jaya terasa lebih terang bagi Panji saat namanya diumumkan lulus dalam seleksi anggota Polri.
Pemuda lulusan SMAN 60 Jakarta ini tak kuasa menahan haru. Air matanya jatuh, bukan karena sedih, melainkan karena beban berat yang selama ini dia pikul sebagai anak pertama akhirnya berbuah manis.
Keberhasilan Panji ini sekaligus mematahkan stigma negatif yang menyebut bahwa “masuk polisi harus bayar mahal”. Panji, yang tinggal di sebuah rumah sederhana di Jalan Mampang Prapatan 2, Jakarta Selatan, adalah bukti hidup bahwa transparansi seleksi Polri benar-benar nyata.
Bagi keluarga Haryanto dan Suryanti, uang ratusan juta untuk “pelicin” adalah hal yang mustahil. Penghasilan dari berjualan gorengan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, Panji membuktikan bahwa di institusi Polri, kualitas dan kerja keras jauh lebih berharga daripada tumpukan uang.
“Alhamdulillah, saya diterima jadi polisi setelah dua kali mendaftar. Rasa lelah belajar dan berlatih terbayar tunai hari ini. Saya masuk murni karena hasil kerja keras saya sendiri,” ujar Panji dengan suara bergetar.
Ini bukan perjalanan sekali jadi bagi Panji. Tahun sebelumnya, dia sempat mencicipi pahitnya kegagalan. Namun, ambisinya untuk mengangkat derajat kedua orangtuanya tidak luntur. Sebagai anak pertama, dia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mengubah nasib keluarga.
Setiap hari, di tengah kesibukan membantu orangtuanya, Panji menyempatkan diri untuk berlatih fisik dan belajar. Dia ingin membuktikan bahwa anak seorang penjual gorengan pun bisa bersanding dengan anak-anak dari latar belakang lainnya di barisan Korps Baret Biru.
“Ambisi saya hanya satu, ingin membanggakan Ayah dan Ibu. Saya ingin mereka melihat bahwa anak mereka bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara tanpa membebani mereka secara ekonomi,” ucapnya.
Kini, warga RT 09 RW 03 Kelurahan Mampang Prapatan boleh ikut bangga. Panji bukan lagi sekadar pemuda biasa. Dia adalah calon Bhayangkara yang akan segera menempuh pendidikan Brimob.
Kisah Panji Fajar Pratama menjadi pesan kuat bagi seluruh pemuda di Indonesia. Jangan takut bermimpi menjadi polisi karena alasan biaya. Selama ada kemauan untuk menempa diri, pintu Korps Kepolisian selalu terbuka lebar bagi siapa saja yang berprestasi, tanpa pungutan sepeser pun.
Malam ini, di kediamannya yang sederhana, Haryanto dan Suryanti mungkin tidak lagi bicara soal berapa gorengan yang laku, melainkan tentang doa syukur bahwa putra mereka telah berhasil melampaui keterbatasan dan membuktikan bahwa kejujuran dalam sistem seleksi Polri adalah sebuah kenyataan.
Penulis : ist









