PAPUA–Empat bulan sudah pencarian, keberadaan Iptu Tomi Marbun, personil Polri asal Pematangsiantar, Sumatera Utara yang hilang saat menjalankan tugas operasi penangkapan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Teluk Bintuni, Papua Barat, 18 Desember 2024 lalu, belum juga diketahui rimbanya.
Kini, tim gabungan kembali menyusuri aliran Sungai Rawara hingga Kampung Yakora, Distrik Moskona, dalam operasi tahap ketiga.
Namun di balik upaya itu, keluarga Iptu Tomi—terutama sang istri, Riah Tarigan—masih menyimpan luka dan pertanyaan. Sebab, pencarian sebelumnya dihentikan begitu saja tanpa penjelasan utuh. Versi demi versi berubah, sementara kebenaran semakin kabur.
“Saya hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada suami saya,” ujar Riah dalam aduan ke Komisi III DPR RI pada 17 Maret lalu.
Iptu Tomi dilaporkan hilang karena tergelincir dari longboat yang ia tumpangi saat memimpin penangkapan terhadap DPO KKB, Marthen Aikinggin. Namun sejak saat itu, informasi terus simpang siur.
Ada yang menyebut perahu terbalik, ada yang mengatakan ia jatuh dan tak disadari oleh rekan, bahkan sempat dilaporkan orang lain yang hilang. Lebih ganjil lagi, handphone dan barang pribadi Tomi sudah dikembalikan ke keluarga—meski jasadnya belum ditemukan.
Kebingungan keluarga inilah yang kemudian memantik desakan dari DPR. Anggota Komisi III Gilang Dhielafararez menegaskan bahwa negara tak boleh lepas tanggung jawab atas hilangnya aparat saat menjalankan tugas negara.
“Ini soal hak asasi manusia. Negara wajib melindungi abdi negaranya. Penghentian pencarian tanpa hasil adalah bentuk ketidakadilan bagi keluarga korban,” ujar Gilang.
Kini, tim gabungan yang terdiri dari personel Polri, TNI, Basarnas, hingga instansi terkait kembali bergerak. Operasi dipimpin langsung oleh Iptu Stenli A Marani, dengan 21 personel dibagi dua regu menggunakan lima longboat untuk menyisir sisi kanan dan kiri Sungai Rawara. Mereka juga didukung alat berat seperti helikopter dan drone.
Namun medan tidak mudah. Cuaca Papua yang cepat berubah dan derasnya arus sungai menjadi tantangan besar. Meski begitu, pencarian terus dilanjutkan—dengan satu tekad: membawa pulang kepastian bagi keluarga Iptu Tomi.
“Kami tak akan berhenti. Ini bukan hanya soal prosedur, tapi soal rasa kemanusiaan,” ujar Stenli.
Sementara itu, Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengingatkan seluruh personel untuk tetap waspada dan teguh dalam prinsip tugas negara. Namun, keluarga dan publik kini berharap lebih dari sekadar imbauan: mereka ingin kejujuran, kejelasan, dan keadilan.
Operasi pencarian ini bukan hanya soal menemukan jasad atau jejak Iptu Tomi. Ia kini menjadi simbol tuntutan pada negara: agar tak lagi membiarkan aparat hilang dalam diam, tanpa kepastian, tanpa penjelasan, tanpa tanggung jawab.***
Penulis : Tra Ginting
Sumber Berita : JPNN