Heroik Kodir dari Tanah Blitar

Rabu, 16 Agustus 2023 - 14:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ANEKA  kisah muncul dari kota Blitar. Pernah ada tokoh Supriyadi (PETA) yang memberontak di zaman Jepang. Proklamator Bung Karno juga dimakamkan di kota ini. Yang terbaru, Mbah Abdul Kodir (98), seorang veteran pemberani yang masih hidup. Semangatnya tetap berkobar, meski tubuh tergolek di tempat tidur karena uzur.

Tersebutlah, sebuah tayangan tentang sosok Mbah Abdul Kodir. Ia diwawancarai di tempat tidur, sambil mengenakan baju batik LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia). Sesekali, mot coklatnya (peci perahu) juga dikenakan. Masih tampak gagah. Garis wajahnya mengguratkan perjuangan hidupnya yang keras. Tayangan Youtube itu berlabel channel Album Sejarah Indonesia diupload 22 November 2022.

Syahdan, Jepang kalah perang dan Sekutu masuk kembali ke Tanah Air. Belanda membonceng tentara sekutu dan hendak menancapkan kukunya kembali di wilayah Nusantara.

Pecah pertempuran di seluruh penjuru Tanah Air. Perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Sukarno – Hatta, atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Pegangsaan Timur.

Abdul Kodir yang ketika itu adalah seorang santri di salah satu pondok pesantren. Ia mengingat, awal perjuangan diterjunkan di front Surabaya 1945 bersama laskar laskar lainnya.
Kodir berangkat dari Ponpes Al-Falah Mojo, Kediri untuk menuju Surabaya bersama rekan-rekannya

“Malam itu kami berangkat mampir ke Batalyon Z di Pare, Kediri, langsung menuju Surabaya. Tujuannya adalah Wonokromo. Tapi ketika sampai Brangkal, Mojokerto, terjadi pertempuran. Saya ditugaskan membantu menggotong meriam. Kadang bawa landasan, bawa kuda kuda atau laras meriam dan ini berat sekali membawanya. Begitulah perjuangan orang saat itu,” tutur Abdul Kodir. Sebagai catatan, ketiga komponen yaitu meriam, landasan dan kuda kuda beratnya bisa mencapai sekitar 53 kilogram.

Kali yang lain, Abdul Kodir
mengucapkan istilah “Dorgok” (disogok baru dor). Pengakuannya, ia membeli peluru, kemudian peluru dimasukin ke pipa besi yang dijadikan sebagai laras, kemudian disogok/ditusuk sehingga peluru meledak.

Ketika ditanya, ia ikut kelompok siapa, Kodir menjawab, “Batalyon 308 H.Machfud atau Batalyon Gelatik,” katanya.

Nama Machfud diabadikan karena nyali heroiknya yang mengagumkan. Pejuang asal Kediri itu, dalam salah satu pertempuran pasca kemerdekaan, melompat ke atas panser, lalu membuka tutup dan melemparkan granat ke dalamnya. “Blaaaarrrr…. Hancur semua. Lalu Machfud diangkat menjadi mayor,” kenang Kodir.

Lalu, Mbah Abdul Kodir sendiri memegang senjata apa ketika berperang? Terkekeh ia menjawab, “Bambu runcing! Lha bagaimana lagi, senjata _karaben_ satu saja dipakai tiga-empat orang bergantian.”

Bersama pasukan yang lain, ia melakoni pertempuran demi pertempuran di sebagian wilayah Jawa Timur. Mengaku pernah berperang di Madura dan Gresik. “Ya, pokoknya ditugaskan di mana-mana. Ya siap saja,” katanya.

“Tidak takut mati, mbah?”

“Tidak. Soalnya negaraku ingin dijajah lagi. Kami semua semangat,” jawabnya tegas.

Saat diminta nasihat untuk generasi muda, Kodir pun berpesan, “Pesan saya, jaga negara ini agar tidak dijajah bangsa asing lagi. Aku tidak pandang bulu. Mau dia Kristen, Buddha atau Islam, semua adalah Saudara.”

_Terpeleset di Kamar Mandi_

Menyambut Hari Kemerdekaan RI ke 78 dan HUT PPAD ke 20, tim PPAD menyambangi kediaman Mbah Abdul Kodir di Desa Maron, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Tim PPAD yang dipimpin Brigjen TNI Pur Edison S.E, M.M didampingi Ketua PPAD Jawa Timur, Mayjen TNI Purn DR Wibisono Poespitohadi tiba di kediaman Mbah Abdul Kodir pada 14 Agustus 2023 sore hari.

Ahmad Widodo, sang anak kedua menyambut hangat, ditemani Yusuf Handaka putra pertama serta si bungsu seorang perempuan, Tri Kumala Hayati. Sejumlah pengurus Pepabri dan Legiun Veteran RI Kabupaten Blitar kompak ikut bergabung.

Kodir menerima utusan PPAD di tempat tidurnya. Ketika ditanya bagaimana kondisinya, ia menjawab, “Kondisinya dari dengkul (lutut kanan) ke tepong (paha) tidak bisa diangkat . Lain-lain tidak apa-apa.”

Berkisah tentang perjuangannya, Mbah Kodir mengaku hanya bermodalkan semangat dan semangat, dengan tujuan mengusir penjajah. “Saya pejuang rakyat dari KODM AD (komando onder distrik militer, semacam Kodam saat ini). Waktu di kesatuan, saya diberi pangkat letnan satu, di Kawedanan Srengat,” katanya.

Ketika ditanya pangkat terakhir, Kodir hanya tertawa, “Nggak tahu, saya tidak pernah ngurus pangkat.”

Ketika Belanda menyerah dan mengakui kedaulatan Indonesia, perang pun berakhir. Kodir kembali ke kampung untuk bertani. “Saya menikah umur 45. Istri saya 35 tahun,” katanya.

Ia menggarap tanah warisan kakeknya seluas 3 bahu. Ukuran bahu atau bau (dari bouw, kata bahasa Belanda, berarti “garapan”) dalam agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di beberapa tempat di Indonesia, terutama di Jawa. Ukuran bahu agak bervariasi, namun kebanyakan adalah 0,70 hingga 0,74 hektare (7000-7400 meter persegi) dan ada pula yang menyamakannya dengan 0,8 ha.

Saat ditanya resep panjang usianya, Mbah Kodir kembali mengatakan, “Saya selalu gembira. Saya suka nembang Dandang Gula. Lagu Jepang juga saya hafal,” katanya. Lalu ia pun menyanyikan sebuah lagu berbahasa Jepang dengan lancar didengarkan rombongan PPAD.

_PPAD Peduli_

Atas saran keluarga dan Kodim Blitar, segera dilakukan renovasi pada sejumlah bagian rumah yang rusak, serta pemasangan conblock di halaman depan. “PPAD dibantu BUMN MIND ID juga menyerahkan obat-obatan, kursi roda, tempat tidur, serta bantuan dua tenaga medis untuk merawat keseharian Abdul Kodir,” ujar Brigjen Purn Edison, Akmil 1988.

Abdul Kodir tak dapat menyembunyikan rasa haru dan terima kasihnya atas kehadiran dan bantuan PPAD bersama BUMN MIND ID. “Tidak mengira, akan datang bapak-bapak dari Jakarta dan Surabaya memberi perhatian dan bantuan. Terima kasih kepada jenderal Doni Monardo beserta pengurus PPAD, serta MIND ID yang telah membantu ayah kami,” ujar Ahmad Widodo, salah seorang putra Abdul Kodir.

Widodo bercerita, asal-usul ayahnya dari Desa Mangunan, Udanawu, kurang lebih 12 kilometer dari Desa Maron, Srengat. “Ini desa ibu,” kata Widodo seraya menambahkan bahwa Istri Abdul Kodir bernama Nursyamsiah sudah berpulang pada tahun 2006.

“Kami anak-anaknya malah tidak pernah diceritain soal perjuangan Bapak. Jadi tahunya kami ya cuma bapak seorang veteran,” katanya.

Sudah hampir dua tahun, Mbah Kodir terbaring di tempat tidur, karena salah satu kakinya tidak bisa digerakkan akibat terpeleset di kamar mandi. “Pas jatuh, kami tidak ada di rumah,” kata Widodo.

Semasa sehat, Kodir rajin bertani dan memelihara ayam kampung. Ia juga dikenal senang menyapu dan bersih-bersih sekitar rumah.

Begitulah, semangat Mbah Kodir tetap menyala, menyambut HUT RI ke 78. (*/Egy Massadiah)

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Diikuti 145 Peserta, Tridatu Golf 2024 Sukses Digelar
Makan Ikan Segar Lebih Baik Ketimbang ‘Susu’ Ikan
Dituntut Rp 140 Miliar, Mintarsih Mengadu ke Komisi III dan Ketua DPR RI
ITW Sebut Kisruh Ojol Hasil Ternak Pemerintah
Didukung 7 Parpol, Bacalon Bupati Mamuju Tengah Haris-Budi Arcana Merasa Terhormat
Legal Opinion Ahli Pidana Kasus Tommy Admadiredja Minta Laporan di Polda Jateng Dihentikan
Anggota MPR RI Rahmad Handoyo Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Desa Ngargoloko, Boyolali
KMHDI  Minta Presiden Jokowi Tinjau Ulang Kebijakan Ormas Agama Kelola Tambang

Berita Terkait

Minggu, 22 September 2024 - 22:37 WIB

Diikuti 145 Peserta, Tridatu Golf 2024 Sukses Digelar

Kamis, 19 September 2024 - 16:10 WIB

Makan Ikan Segar Lebih Baik Ketimbang ‘Susu’ Ikan

Jumat, 6 September 2024 - 10:39 WIB

Dituntut Rp 140 Miliar, Mintarsih Mengadu ke Komisi III dan Ketua DPR RI

Sabtu, 31 Agustus 2024 - 15:52 WIB

ITW Sebut Kisruh Ojol Hasil Ternak Pemerintah

Minggu, 18 Agustus 2024 - 19:20 WIB

Didukung 7 Parpol, Bacalon Bupati Mamuju Tengah Haris-Budi Arcana Merasa Terhormat

Selasa, 18 Juni 2024 - 17:35 WIB

Anggota MPR RI Rahmad Handoyo Gelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan di Desa Ngargoloko, Boyolali

Sabtu, 8 Juni 2024 - 21:37 WIB

KMHDI  Minta Presiden Jokowi Tinjau Ulang Kebijakan Ormas Agama Kelola Tambang

Minggu, 2 Juni 2024 - 21:35 WIB

Bercengkerama Di Kedai Kopi Pariban Bandung, Bupati Taput Nikson Nababan Himbau Mahasiswa Asal Sumut Tidak Melupakan Bona Pasogit

Berita Terbaru

Ketua FA KMHDI Ketut Wiriana mengatakan terima kasih kepada seluruh peserta yang sudah berpartisipasi dalam kegiatan Tridatu Golf tahun ini. (Foto : Made)

Ragam

Diikuti 145 Peserta, Tridatu Golf 2024 Sukses Digelar

Minggu, 22 Sep 2024 - 22:37 WIB

Rahmad Handoyo, Anggota Komisi IX DPR RI (foto : Istimewa)

Ragam

Makan Ikan Segar Lebih Baik Ketimbang ‘Susu’ Ikan

Kamis, 19 Sep 2024 - 16:10 WIB

Ketua Presidium ITW Edison Siahaan (Dok Ist)

Ragam

ITW Sebut Kisruh Ojol Hasil Ternak Pemerintah

Sabtu, 31 Agu 2024 - 15:52 WIB