Pro Kontra Telur Nyamuk Wolbachia, DPR : Hati-hati Jangan Buat Statmen Yang Meresahkan Masyarakat

Sabtu, 18 November 2023 - 11:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA– Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo menyayangkan munculnya gelombang protes yang semata-mata didasari kekhawatiran berlebihan terhadap niat baik pemerintah, yakni penerapan inovasi teknologi Wolbhachia sebagai upaya menghentikan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia.

Politisi PDI Perjuangan ini meyakini, jika pro dan kontra terhadap kebijakan Wolbhachia terus berlanjut, maka pada gilirannya masyarakatlah yang menjadi korban. Masyarakat resah, khawatir bahkan ketakutan akibat informasi yang simpang siur dan sepetong-sepotong menyangkut Wolbachia

“Harus diakui, belakangan ini informasi yang diterima masyarakat menyangkut Wolbhachia simpang siur. Banyak hoax tentang Wolbhachia yang bermunculan di ruang-ruang publik sehingga masyarakat, ya jadi ketakutan. Apalagi misalnya, ada yang mendengungkan kalau Wolbachia adalah jentik nyamuk yang sengaja diimpor untuk merusak anak bangsa ini. Nah, pendapat ini sebenarnya kan konyol. Tapi informasi sepotong tanpa didukung fakta dan data seperti ini tetap bisa membuat masyarakat risau dan ketakutan,” kata Handoyo kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (18/11/2023)

Handoyo tidak menampik jika pihak yang menolak Wolbhachia, termasuk protes dari seorang mantan menteri kesehatan, maksudnya sebenarnya baik-baik saja. Dikatakan, semua berkomentar karena ingin melindungi kesehatan masyarakat. Hanya saja, karena informasi yang didengungkan tidak utuh dan cenderung menyerang kebijakan pemerintah, akhirnya masyarakat yang jadi bingung.

“Saya meyakini, niat pemerintah menerapkan inovasi tekonolgi modern seperti wolbhachia ini sangat mulia. Pemerintah ingin mengurangi penyebaran penyakit DBD. Tapi karena strategi penyebaran informasi dan edukasi tidak utuh, ya seperti ini jadinya, masyarakat jadi bingung. Misalnya ya, rang tua saya sendiri sempat beberapa kali menanyakan kepada saya, apa betul informasi yang dikatakan para pemrotes penerapan Wolbhachia itu ?,” katanya.

Menambahkan keterangannnya, Handoyo mengajak semua pihak, termasuk pemerintah untuk menyikapi kondisi ini dengan asas kehati-hatian, terutama saat membuat statmen, khususnya lewat media sosial. Diingatkan Handoyo, pemerintah mengeluarkan satu kebijakan mengeluarkan program tentu tidak asal-asalan tapi berdasarkan satu penelitian dan berdasarkan keilmuan. Artinya, kebijakan itu akhirnya diambil berdasarkan suatu rangkaian panjang.

“Nah, kalau kita lihat penerapan Wolbachia untuk memberatas DBD sudah sudah diberlakukan di banyak negara. Indonesia juga sudah melakukan langkah penelitian. Namun demikian, sekali lagi, pemerintah juga harus menggunakan asas kehati hatian. Artinya asas kehati hatian dan kewaspadaan terhadap dampak dampak yang tidak diinginkan harus kita minimalkan.”katanya.

Handoyo menyarakan untuk meredakan pro dan kotra ini, para pihak duduk bersama. Diingatkan, jangan sampai kegundahan semakin meluas. Masalahnya, tambah Handoyo, meskipun niat baik tapi karena didasari kekhawatiran yang berlebihan akhirnya jadi kontra produktif. Pemerintah, tambah Handoyo, agar mengambil alih kebijakan program ini dan mensosialisasikan kepada para pemangku kepentingan.

“Semestinya, penerapan program ini (Wolbachia) bisa diterima masyarakat dan tidak memincu kekhawatiran yg berlebih akibat. Komunikasi kurang optimal. Sedangkan pihak- pihak di luar pemerintah hendaknya memberikan komuni kiasi berdasar akan data keilmuan biar memberikan pencerahan kepada masyarakat. Artinya, siapapun mengeluarkan statement harus berasakan kehati hatian agar tidak asal komentar sehingga tidak berimplikasi luas kepada keresahan masyarakat. Pokoknya, harus hati-hati menyebarkan info yang bisa menimbulkan keresahan di masyarakat,”katanya.

Handoyo mengungkapkan fakta yang baru dampak kesimpangsiuran informasi, saat ini ada daerah yang menolak penyebaran telur nyamuk Wolbachia. Dikatakan, Warga Bali baru saja menolak 200 Juta Telur Nyamuk Wolbachia

Seperti diketahui, ada jua rumor yang didengungkan oleh pihak tertentu yang menyebutkan Wolbachia adalah ‘ancaman kesehatan global’. Dikatakan pula vaksin untuk virus yang ditularkan oleh nyamuk tersebut adalah projek seorang Bill Gates.

Pemerintah sendiri lewat Kementerian Kesehatan menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Teknologi Wolbachia merupakan salah satu inovasi yang melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Stranas (Strategi Nasional).

Sebagai pilot project, dilaksanakan di lima kota yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Selain di Indonesia, Pemanfaatan teknologi Wolbachia juga telah dilaksanakan di negara lain (Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuathu, Mexico, Kiribathi, New Caledonia, Sri Lanka) terbukti efektif untuk pencegahan dengue.

Efektivitas wolbachia telah diteliti sejak 2011 yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melaui fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti berwolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).

Wolbachia ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia. Jika aedes aegypti jantan berwolbachia kawin dengan aedes aegypti betina maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblok. Selain itu, jika yang berwolbachia itu nyamuk betina kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Tekan Angka Curanmor,  Polsek Petamburan Gelar “Gembok Kamtibmas”
Tak Lelah Menjaga Bangsa, Korps Brimob Polri Pernah Diganjar Anugrah Sakanti Yana Utama dari Presiden Soekarno
Cegah Tawuran, Polsek Kembangan Edukasi Remaja Lewat Spanduk dan Videotron
Berkat Aplikasi SIPAGI, Tim Patroli Polres Jakbar Ringkus 8 Anak Remaja Bawa Sajam dan Busur Panah
Diikuti 145 Peserta, Tridatu Golf 2024 Sukses Digelar
Makan Ikan Segar Lebih Baik Ketimbang ‘Susu’ Ikan
Dituntut Rp 140 Miliar, Mintarsih Mengadu ke Komisi III dan Ketua DPR RI
ITW Sebut Kisruh Ojol Hasil Ternak Pemerintah

Berita Terkait

Minggu, 6 Oktober 2024 - 13:15 WIB

Amankan Debat Perdana Calon Gubernur Jakarta, Polda Metro Jaya Sebar 1.634 Personil di JIExpo Kemayoran

Jumat, 4 Oktober 2024 - 13:03 WIB

HUT Polwan ke-76, Kapolri : Polisi Wanita Semakin Eksis dan Semakin Dicintai

Sabtu, 29 Juni 2024 - 17:26 WIB

Anggota MPR RI Rahmad Handoyo menggelar sosialisasi empat pilar MPR RI di Desa Keposong, Boyolali

Jumat, 28 Juni 2024 - 17:17 WIB

Anggota MPR RI Rahmad Handoyo Gelar Sosialisasi 4 Pilar di Desa Seboto, Boyolal

Sabtu, 18 Mei 2024 - 20:30 WIB

Dapat Penghargaan Kapolri, IPW dan Kompolnas Berharap Casis Korban Begal Kelak Jadi Polisi Profesional dan Humanis Seperti Jenderal Sigit

Rabu, 15 Mei 2024 - 18:37 WIB

Kinerja Polantas Atur Lalu Lintas Lebaran 2024 Tuai Pujian, Survey Indikator : 90,4 % Pemudik Merasa Puas

Rabu, 15 Mei 2024 - 13:33 WIB

Amankan Worl Water Forum, 39 Ekor Anjing Pelacak Beserta Pawang Siaga Di Pintu Masuk Bali

Rabu, 15 Mei 2024 - 13:00 WIB

Aliansi Pemuda Islam : Nikson Nababan Punya Visi Untuk Selesaikan Berbagai Persoalan Serius di Sumut

Berita Terbaru